Feeds:
Posts
Comments

Archive for the ‘Lyrics Review’ Category

Kejadian menggemparkan ini sebenarnya adalah implikasi kejadian dari suatu perilaku seorang vokalis yang berparadigma. paradigma itu adalah Otong dari band Industrial besar di Bandung bernama KOIL. Seperti yang kalian tahu bahwa aksi panggung dari KOIL sering kali diramaikan dengan aksi-aksi yang aneh. 

Aksi-aksi aneh ini berhubungan dengan rantai, wanita, dan gerakan bercengkerama yang unik bahkan bisa dibilang aneh.

Karena saya juga penggemar KOIL walaupun terlambat, karena jujur pada saat KOIL mengeluarkan album megaloblast, saya masih tertarik dengan band-band melodic punk seperti Blink 182, New Found Glory, Rufio, dll. Tetapi ketika dimana bulu-bulu saya mulai terlahir dimana-mana, saya mendengarkan lagu KOIL seperti dosa salah satunya dan saya tertarik sekali dengan cara Otong bernyanyi. Apalagi ketika album Black Light Shines ON keluar.

Mungkin paragraf awal ini terlalu membuat anda bosan. Saya juga berharap kepada para pembaca blog ini supaya selalu “mengisi bensin sebelum mobil dijalankan” jika anda mengerti maksudnya.

Pada tanggal 8 November 2008 kemarin, dimana acara Pangudi Luhur Fair diadakan. KOIL beraksi diatas panggung yang penuh dengan para penonton. Pada saat itu ketika pukul 18.30 kurang lebih, hujan deras mulai turun. Tetapi para manusia yang sudah terikat dengan ambisi KOIL tetap mengerahkan luapan emosi dan ambisi demi berteriak, berlompatan, bernyanyi bersama tepat didepan panggung. Iya benar sekali, para penonton itu kehujanan.

Pada saat itu saya juga berlari dari luar menerobos hujan dan berteduh di bagian atas sekolah untuk menyaksikan KOIL dan melihat para penonton yang cuek dengan kehadiran hujan. Lagu pertama saat itu adalah “Kenyataan dalam Dunia Fantasi”, kemudian dilanjutkan dengan “Nyanyikan Lagu Perang”, kemudian “Aku Lupa, Aku Luka”

Terlihat sebelum membawakan “Aku Lupa, Aku Luka” Otong selalu memakai gitar untuk ikut bermain gitar dalam lagu “Aku Lupa, Aku Luka”

Gitar yang dipakai oleh Otong saat itu adalah tipe SG berwarna putih, akan tetapi karena saya melihat dari kejauhan, saya tidak dapat memastikan bahwa gitar itu adalah asli Gibson atau Epiphone. Kemudian setelah memainkan lagu “Aku Lupa Aku Luka” dimana semua penonton berteriak-berteiak “Lupa! Luka! Luka Luka!….Aku Lupa Luka Luka Luka”. Otong berkata bahwa penonton tidak boleh berkelahi, dan memberikan penawaran yang sangat menggiurkan dan memberi sejuta pertanyaan apakah benar atau tidak di dalam benak saya.

Otong berkata “ Ada yang mau gitar ga?, Ni gitar baru gw beli 2 hari yang lalu!”

Ada yang langsung ribut, ada yang terdiam karena terlalu shock, dan ada juga yang berkata bahwa Otong tidak mungkin melakukan itu.

Tanpa basa-basi Otong mencabut jag dari gitarnya dan berpura-pura melempar gitarnya tetapi tidak jadi. Kemudian untuk yang kedua kalinya Otong berniat seperti ingin melempar gitarnya tetapi tidak jadi lagi. Sesaat saya berpikir bahwa sepertinya Otong tidak mungkin memberikan gitarnya secara cuma-cuma kepada penonton, saya berpikir bahwa mungkin hanya pick yang akan diberikannya. Kemudian Otong berkata “Ni gitar beneran gua lempar ke lo semua, tapi jangan ada yang berantem ya!, Janji Ya!” Kemudian Otong mengambil ancang-ancang untuk melempar gitar lagi dan……………………………(saya tercengang)

Gitar SG putih itu terlempar lumayan tinggi ke atas para penonton yang kehujanan dan jatuh bebas ke tumpukan tangan-tangan basah penonton-penonton liar yang sudah menggila karena tindakan dari Otong. Kemudian terlihat kerumunan manusia-manusia yang memperebutkan gitar SG putih tersebut, sampai akhirnya Otong berteriak kembali “Ayo, Ayo! jangan berebutan jangan berantem!” kemudian setelah Otong berteriak, lagu langsung dimulai lagi dan yang dibawakan adalah “Sistem Kepemilikan” 

Makan tidak makan bersama

Asal Kita berdua punya uang berjuta-juta

Bisalah kita belanja bersukaria bahkan bisa membeli cinta

Peribahasa bodoh yang harus aku dengar

Bagaikan suara halilintar berkumandang memekakkan telinga

dari mulut pemimpin negara sampai para pelawak pemberontak

yang tidak merubah apa-apa

dan para pelajar yang merasa dirinya benar-benar pintar

Kau kira siapa dirimu bisa membeli hidupku 

Mengisi hari bekerja dan patih yang rapuh

Bukan menjadi manusia yang tangguh 

Aku kira siapa diriku mencoba setia dan tunduk padamu

dan kutanya sanggupkah diriku membawa

mimpiku ke dunia yang baru

mengubur mimpiku agar semua bisa makan

Ini negara bodoh yang aku bela

layaknya kekasih yang tercinta tiap jengkal aku

mendaki terasa hampa sebetulnya apa yang kita 

miliki? tak ada kebanggaan terhadap 

diri sendiri? Tidak juga kepemilikan negara

ini? Siapa yang kucacimaki?

Kamu dididik untuk bermimpi

Kamu terbiasa dibohongi

Kamu dikubur ikut bernyanyi

Kamu dihibur ikut bernyanyi

Kamu miskin bodoh dan sombong

Dari yang saya tangkap sewaktu KOIL manggung untuk pertama kalinya sejak album “Black Light Shines On” keluar yaitu di Fame Station, Bandung, Otong berkata bahwa Kaya itu bukan hanya kaya dalam materi atau uang. Kaya ada bermacam-macam, tinggal bagaimana cara manusia memandang bagaimana kekayaan itu datang ke dalam benak masing-masing. Karena yang pastinya setiap manusia mempunyai penafsiran yang berbeda-beda tentang suatu harta atau kekayaan.

Di dalam lagu “Sistem Kepemilikan” dijelaskan bahwa kekayaan dalam materi dapat belanja sepuasnya, makan sepuasnya, bahkan sampai dapat membeli cinta. Apakah perilaku dari otong ini merupakan suatu tolak ukur dimana penafsiran dari kekayaan ditonjolkan.

Kejadian ini sungguh fenomenal bagi diri saya sendiri dimana saya tidak pernah melihat seorang rockstar yang berperilaku seperti itu. Saya sempat berpikir bahwa sudah banyak juga band-band yang melakukan aksi anarki di atas panggung seperti membanting-banting gitar, merusak drum, menjatuhkan dan membanting mic, bahkan sampai menghancurkan televisi kuno. Tetapi untuk yang satu ini saya sungguh terkejut.

Read Full Post »